Rute Asyik Bersepeda di Tengah Kota Jogja
Bahagia rasanya kalau cuaca pagi cerah ya, bukannya nggak mensyukuri hujan sih. Harusnya bulan Juni sudah mulai panas, tapi beberapa hari berturut-turut di akhir bulan Juni hujan turun hampir tiap hari di Jogja. Entahlah apa yang terjadi dengan cuaca. Makanya pas tanggal 4 Juli cuaca cerah merona, saya memantapkan hati untuk sepedahan.” It’s summer time!” sorak saya.
Hari H, pukul enam kurang saya sudah siap di depan Puro Pakualaman untuk menunggu kanca ngepit (kawan sepedahan) Rute awal kami sebenarnya hendak berkeliling kawasan Pakulaman tetapi rute tersebut dirasa terlalu pendek. Sebenernya agak kagok saat membawa sepeda turun ke jalan raya, maklum ini pertama kalinya saya pakai sepeda “baru”, bukan baru beli sih, lebih tepatnya sepeda lama yang direnew. Sayang kalau hanya teronggok padahal pedalnya masih kuat untuk dikayuh.
Rute Bersepeda di Kawasan Tengah Kota
Dengan menimbang jam terbang on the road saya yang di bawah rata-rata, kami memutuskan untuk mengambil rute pendek dan menghindari jalan besar. Rutenya benar-benar di tengah kota, agar bisa mengayuh sepeda agak santai. Karena titik kumpul di Puro Pakualaman, kami sepakat untuk bersepeda di daerah situ.
Namun rute akhirnya sedikit meluas karena ada sedikit improvisasi hehehe. Dari yang awalnya rute sekitaran Pakualaman, akhirnya kami menentukan poin-poin pemberhentian. Rute akhirnya agak melebar ke sisi barat dan utara, tapi masih lumayan dekat dan yang terpenting tidak terlalu banyak melewati jalan besar. Beginilah kurang lebih rute bersepeda edisi pertama kami, Lapas Wirogunan, Stasiun Lempuyangan, Baciro, Pengok, Jalan Solo, Jalan Suroto dan berakhir di Bioskop Permata.
Penemuan Spot Foto Paling Fotogenic
Yang asyik dari sepedaan pagi itu salah satunya adalah lalu lintas yang masih sepi dan matahari belum terik, termasuk menemukan kesempatan mengambil gambar kota Jogja dari sisi waktu yang berbeda. Yuk ikuti kami gowes pagi ini.
1. Lapas Wirogunan Yogyakarta
Dari Puro Pakualaman kami bergerak sedikit ke selatan menuju spot foto pertama yaitu Lapas Wirogunan. Iya lembaga pemasyarakatan disingkat LP. atau sering disebut penjara. Eh tapi rasanya agak gimana ya kalau menyebutnya dengan penjara.
Sudah lama sebenarnya kekepoan setiap melewati jalan Taman Siswa beberapa waktu yang lalu. Saya menjumpai pemandangan yang berubah di bagian depan Lapas Wirogunan. Ada beberapa kursi diletakkan di halaman depan, lampu dengan ornamen yang menarik, dan beberapa foto yang dipasang di dalam pigura kaca.
Jadi meskipun ini tidak sejalur dengan rute sepedahan kali ini tetapi kami menyempatkan untuk ke sini terlebih dulu. Cocok nih untuk pepotoan di sini sekaligus mengenal sejarah lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Rupanya foto-foto yang dipasang di dinding kantor lapas ini menceritakan tentang sejarah dan transformasi kepenjaraan di Indonesia. Selain mendapatkan spot foto yang menarik ternyata di tempat ini kami mendapatkan pengetahuan baru tentang sejarah kepenjaraan.
2. Balai Yasa Pengok Yogyakarta
Setelah dari lapas Wirogunan, kami pun bersepeda ke arah utara. Melewati jalan Hayam Wuruk, kemudian Stasiun Lempuyangan dan menuju ke daerah Baciro. Kampung ini sangat nyaman untuk rute sepeda, jalannya aspal dan tidak terlalu ramai. Sebenarnya kami ingin berhenti di pabrik Cerutu Tarumartani, tetapi kami mengurungkan niat karena saat itu jam masuk kerja karyawan pabrik.
Dari kawasan kampung Baciro kami ke utara, pemberhentian kami yang kedua di daerah Pengok. Balai Yasa Pengok, ehm tempat ini saya lebih kenal sebagai bengkel kereta api. Meskipun belum pernah berpapasan dengan kereta api yang akan ke bengkel ini, di sekitar Balai Yasa memang ada rel, jelas ini adalah akses jalan kereta api yang hendak melakukan perawatan.
Saya kemudian iseng mencari tahu tentang Balai Yasa Pengok ini di Google. Dari hasil pencarian saya menemukan sejarah singkat Balai Yasa ini melalui situs KAI. Benar dugaan saya, bangunan ini sudah ada sejak jaman Belanda, tepatnya dibangun tahun 1914 oleh Nerderland Indische Spoorweg Maatschapij (NIS) yang pada waktu itu bernama Centraal Werkplaat yang tugas utamanya melaksanakan overhaul kereta termasuk gerbong dan lokomotif.
3. Sepanjang Jalan Kusbini
Balai Yasa Pengok berada di Jalan Kusbini. Pepohonan di sepanjang jalan ini sangat estetik untuk tempat foto-foto. Banyaknya pohon-pohon besar membuat jalan menjadi teduh. Kami berhenti agak lama di sini untuk berfoto dengan latar belakang rel kereta api dan bangunan Balai Yasa.
Oiya bila perut mulai terasa keroncongan kalian beruntung, ada gerobak soto di depan Balai Yasa. Cocok untuk menu sarapan sebelum lanjut gowes. Di siang hari memang banyak penjual makanan di sepanjang jalan ini. Entah mulai jam berapa mereka membuka lapaknya. Saat pagi hanya tampak gerobak soto saja.
4. Embung Langensari
Kami hanya perlu mengayuh sepeda selama kurang dari lima menit untuk sampai di Embung Langensari. Harus berhati-hati, dari Balai Yasa kami milipir ke jalan kecil karena harus melawan arah untuk menyeberang jalan Kusbini.
Dari tempat kami menyeberang, Embung Langensari sudah ada tampak di depan mata. Jalan masuk ke Embung ada di ujung sebelum belokan. Kami bisa menaiki sepeda dan bersepedaan di area Embung. Bagi yang datang dengan motor bisa memarkir kendaraan di dekat jalan masuk, kayaknya tidak ada tempat parkir khusus untuk pengunjung.
Pagi itu cukup banyak yang melakukan aktivitas di situ, utamanya olah raga dan memancing. Ada yang jogging mengitari embung, sementara kelompok ibu dan bapak usia lansia hanya berjalan santai sambil mengobrol. Beberapa anak kecil juga ada yang sepedahan. Kami mengambil sudut di pinggir embung, bagian yang dekat jalan raya untuk beristirahat dan ngobrol.
5. Kawasan Jalan Sudirman dan Suroto Yogyakarta
Barangkali di Jogja tidak banyak ruas jalan dengan banyak pepohonan dan semi ruang publik terbuka, salah satu yang saya maksud adalah kawasan jendral Sudirman. Meliputi depan RS Bethesda, sepanjang jalan Jendral Sudirman dari Toko Buku Gramedia sampai dengan KFC dan bagian selatan yang mengarah ke stadion Kridosono.
Banyak spot foto yang sangat fotogenik di sini, tapi memang sebaiknya harus pagi-pagi saat jalanan masih kosong. Waktu saya tiba di daerah ini pas sekali dengan jam kantor, jadi lalu lintas sangat padat. Tidak nyaman untuk berfoto di daerah ini dan kami pikir sangat berbahaya, karena kendaraan melaju cukup kencang.
Jalan Suroto membentang dari utara ke selatan, ditengah-tengahnya sengaja dibuat semacam taman dan ditanami pohon-pohon besar. Sebenarnya cukup asik jika kita bisa singgah sebentar di sini. Tapi karena hari sudah semakin siang dan lalu lintas ramai, kami hanya melewati jalan ini menuju ke rumah masing-masing.
Penutup
Siapa sangka selain berjalan kaki, bersepeda menyusuri gang-gang kecil dan mencari jalan alternatif menjadi salah satu bagian dari mengenal kota Jogja lebih dalam. Misalnya saya jadi tahu di ada kompleks perumahan KAI dengan desain rumah lawas. Atau kompleks perumahan elit di daerah Baciro dan menemukan asrama mahasiswa daerah dengan desain bangunan yang unik. Saya juga jadi tahu gang-gang yang bisa dijadikan jalan tembus menuju jalan Solo.
Rute sepeda kali ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam itu sudah plus istirahat dan foto-foto ya, rute berakhir di seputaran bioskop Permata. Lumayan untuk saya, lumayan membuat tangan pegal setelah hampir setahun absen sepedaan. Next rute kemana lagi ya?
Rutenya jauh juga lho ituu
BalasHapusIya ya mb, tapi nggak kerasa, banyak berhenti buat foto
HapusLumayan mba
BalasHapus