Ragam Arsitektur Bangunan di Kampung Bintaran Yogyakarta
Rombongan kami sebentar-sebentar berhenti dari rumah satu ke rumah yang lain. Rumah di kampung Bintaran ini memang bukan rumah biasa, bagaimana tidak beberapa rumah sudah berusia ratusan tahun dan masih berdiri dengan kokoh sampai hari ini.
Pagi itu saya dibawa berjalan-jalan ke masa lalu bersama Jogja Walking Tour, sebuah komunitas sejarah, ke kampung Bintaran Jogja. Fokus saya kali ini adalah menyimak penjelasan mas Erwin, sang pemandu, tentang ragam arsitektur bangunan di kampung ini.
Mengenali Bangunan Lawas di Kampung Bintaran
Sangat mudah mengenali bangunan lawas yang ada di Bintaran. Saya bisa langsung tahu, ehm bukan karena saya ahli arsitektur atau sejarah. Yaaaa… karena sudah ada plakat bangunan heritage atau bangunan cagar budaya di depannya sih. Hehehe. Owalah, kiraiiinnn.
Eits jangan manyun, itu tadi tips pertama biar kalian nggak salah motret. Bisa jadi kan bangunan baru yang didesain seperti bangunan lawas. Nah dengan memastikan ada plakat itu kalian menemukan bangunan lawas yang benar-benar lawas.
Selain plakat tadi, bangunan lawas tentu saja memiliki kondisi bangunan yang berbeda dengan bangunan baru. misalnya batu bata yang digunakan jaman dulu tentu beda dengan saat ini, atau komponen kayu di bangunan tersebut memiliki kualitas yang beda dengan kayu baru.
Keotentikan bangunan lawas akan langsung bisa dikenali dengan memperhatikan fasad bangunan tersebut. Fasad suatu bangunan biasanya akan menjelaskan periode pembangunannya. Nah di sinilah perlunya kita belajar sejarah dan pengetahuan tentang perkembangan arsitektur.
Ragam Arsitektur di Kampung Bintaran
Layaknya fashion baju, di dunia arsitektur pun juga ada gaya arsitektur yang menjadi model/ciri bangunan dalam suatu masa/periode tertentu. Sejarah kampung Bintaran ini tercatat dimulai sekitar tahun 1930an. Bisa dipastikan saat pemerintah Belanda membangun bangunan di kampung ini akan mengikuti trend yang terjadi di tahun itu. jika tidak, maka bisa jadi akan lahir tren atau model baru di kampung ini.
Dari beberapa bangunan yang saya jumpai di sepanjang jalan kawasan Bintaran ini, saya mencatat terdapat tiga ragam gaya arsitektur yaitu:
1. Arsitektur Tradisional/Jawa
Satu-satunya gaya arsitektur Jawa yang muncul di kawasan Bintaran adalah sebuah rumah joglo. Bangunan ini menjadi rumah tinggal dari Pangeran Haryo Bintoro, putra ke 22 dari Sultan HB VII. Sekaligus asal muasal toponim penamaan kampung Bintaran.
Pendopo yang menjadi ciri khas bangunan jawa bisa langsung terlihat saat lewat di depan banguunan yang diperkiraan sudah ada sejak tahun 1890an. Sayangnya saat ini bangunan ini mangkrak dan tidak ada yang menempati.
Selain menjadi tempat tinggal keluarga kraton, bangunan ini sempat bergonta-ganti fungsi, saya tidak terlalu paham apakah kepemilikannya juga mengalami perubahan. Namun sepengetahuan saya rumah ini pernah disewa oleh Karta Pustaka untuki tempat kursus bahasa Belanda, setelah beberapa tahun menempati rumah ini Karta Pustaka pindah. Lalu rumah ini berubah menjadi café bernama café Cangkir.
Nah kebetulan sekitar tahun 2011an kebetulan saya adalah murid Karta Pusaka, dan les bahasa Belanda di situ. Sejauh yang saya ingat tentang bagian-bagian dari bangunan ini adalah bagian depan merupakan pendopo, dibiarkan kosong. Biasanya di sinilah kami berdiskusi saat mengerjakan tugas atau materi conversation.
Pinggitan/bagian tengah ada ruang yang seingatt saya difungsikan sebagai perpustakaan dan ruang kantor. Bagian belakang terdapat halaman kecil dan beberapa kamar dan ruang yang mengelilinginya. Waktu itu sebagian besar kamar digunakan untuk ruang kelas.
2. Arsitektur Indische Empire
Seorang arsitek atau pecinta arsitektur sudah pasti bisa mengenali gaya bangunan yang ada di kawasan Bintaran ini, dibangun di tahun berapa dan bergaya apa. Arsitektur gaya Indische atau yang kemudian disebut indis sendiri merupakan perbaduan antara gaya Eropa dengan Jawa.
Gaya arsitektur Indische Empire diperkenalkan oleh Herman Willen Daendeles saat bertugas sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sekitar tahun 1808-1811). Indische Empire style berkembang pada pertengahan abad ke 18 sampai akhir abad 19.
Sebuah bangunan tersebut dikategorikan bergaya indische karena memiliki ciri-ciri yaitu denahnya berbentuk simetris, bangunannya megah, bertiang doris (pilar bulat), di samping kanan kiri rumah utama terdapat paviliun. Rumah berarsitektur Indis memiliki banyak pintu dan jendela yang berukuran besar dan lebar, dan memiliki ciri khusus terdapatnya krepyak (jalusi). Hal ini untuk membuat sirkulasi udara dan kenyamanan buat orang Eropa untuk menyesuaikan diri dengan iklim tropis.
Bila ingin mendapatkan bentuk bangunan Indische Empire yang paling jelas di kawasan Bintaran adalah Museum Sasmitaloka Jendral Sudirman. Ada juga museum biologi yang berukuran lebih kecil.
3. Arsitektur Peralihan Indische Empire dan Modern
Arsitektur peraliham indisch empire memiliki ciri tetap memperhatikan simetris , berukuran lebar, ditanami tumbuhan dan meninggalkan beranda yang diganti dengan menara calvinic. Alasan perubahan adalah tiang dorig hanya sebagai hiasan, lahan semakin mahal sehingga rumah semakin minimalis, perkembangan ilmu arsitektur, banyak arsitek Belanda yang menjadikan wilayah koloni sebagai tempat uji coba desain arsiteknya. Sehingga di tahun 1920 banyak bermunculan gaya arsitektur baru.
Penutup
Saya tidak punya latar belakang ilmu arsitektur sih, tapi mengamati bangunan, arsitektur dan sejarahnya selalu menarik minat saya. Bertanya-tanya siapa yang dulu menempati bangunan itu, bagaimana kehidupan mereka pada masa itu. Beruntung sekali di kawasan Bintaran ini bangunan-bangunan itu masih dirawat sampai sekarang.
Di kawasan Bintaran inilah laksana perpusatakaan hidup yang menyimpan koleksi gaya arsitektural bangunan yang paling lengkap. Sudah banyak penelitian atau kajian-kajian akademik yang membahas mengenai sejarah dan arsitektur bangunannya. Dan saya sendiri, pada akhirnya merasa beruntung karena bisa secara dekat dengan kawasan Bintaran ini.
Posting Komentar untuk "Ragam Arsitektur Bangunan di Kampung Bintaran Yogyakarta"