2022, Cerita Tentang Perpisahan
Perpisahan dengan tahun 2022 kali ini sama seperti dua kali pergantian tahun sebelumnya. Doing nothing alias melewatkannya dengan tidur diiringi suara dentuman kembang api di luar sana. Sebelum tidur saya kok tiba-tiba teringat bagaimana saya merayakan tahun baru sebelumnya.
Sepuluh tahun lalu tepatnya, saya mulai merayakan tahun baru. Tidak kemana-mana, hanya berkumpul di rumah salah satu kawan, having dinner together lalu disambung dengan ngobrol sampai pagi. Berkumpul bersama dengan sepuluh kawan, perayaan tahun baru termeriah sepanjang hidup saya.
Sejak 2012 kami selalu berkumpul dalam momen-momen selebrasi termasuk tahun baru. sayangnya kebersamaan itu ternyata tidak berlangsung selamanya, tahun demi tahun kami yang berkumpul semakin sedikit. Cirle pertemanan kami semakin menyempit. Perpisahan itu mau tidak mau harus saya hadapi.
Satu satu kawan “pergi” dengan alasan masing masing. Ada yang harus pulang ke negaranya karena alasan pribadi. Ada yang menikah dengan pria asing dan setelah menikah memutuskan untuk tinggal di negara asal suami. Dua kawan lain nekat bekerja di luar negeri, sementara seorang kawan bekerja di luar kota. Yap, akhirmya raga kami dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Lima orang yang tersisa masih tinggal di kota yang sama. Kami masih saling bertemu di sela-sela waktu luang, kadang janjian makan atau ngopi . Meski secara kuantitas pertemuan kami jarang, tetapi kami masih mengusahakan liburan bareng setiap setahun sekali.
Pertemanan tidak selalu berjalan sesuai yang kita inginkan. Makin lama mengenal lha kok makin banyak friksi-friksi yang terjadi, timbul ketidakcocokan. Sampai pada akhirnya tanpa terasa masing-masing dari kami “menjauh”, tidak hanya karena kesibukan pekerjaan yang membuat renggang tetapi perbedaan karakter. Dan hanya menyisakan satu orang, seorang kawan baik.
Hingga kemarin di awal Desember 2022 saya harus berpisah dengannya. Selama 4 tahun ke depan dia akan menetap di negeri Belanda untuk menyelesaikan studinya. Begitulah, perpisahan itu berat karena perasaan kehilangan. Kehilangan teman kulineran, teman traveling dan teman ngobrol yang sefrekuensi.
Pada malam perpisahan tahun 2022, saya berputar kembali, flash back, lalu menyadari ni saya sudah belajar banyak hal sejauh ini, tentang melepaskan sesuatu juga tentang perpisahan termasuk pertemanan. Yang perlu saya catat baik-baik, semakin bertambah usia semakin berkurang jumlah kawan.
Hal yang wajar, ibarat mendulang emas di pasir. Kawan sebanyak itu akan terfilter dengan sendirinya lalu menyisakan satu orang saja. Saya menyebutnya seleksi alam. Saya tidak perlu khawatir, nggak peduli apakah itu kawan baik atau kawan toxic, perpisahan itu akan selalu baik-baik saja.
Posting Komentar untuk "2022, Cerita Tentang Perpisahan"